Pada mulanya
Palestina ditinggali oleh beberapa bangsa, yaitu bangsa Ammonit dan Philistine.
Lalu, sekitar tahun 1000 SM, Palestina ditaklukan oleh Raja Thalut dan Daud
a.s. Daud a.s. dan keturunannya, yang merupakan bangsa yahudi, akhirnya menjadi
raja di sana dan Palestina menjadi tanah air bangsa yahudi dari 1000 SM – 135
M. Palestina sendiri sempat dikuasai oleh Kerajaan Persia, Babilonia, Mesir,
dan kerajaan-kerjaaan lain secara bergantian dalam rentang waktu tersebut.
Wilayah
Palestina Dikuasai Kerajaan Romawi
Sekitar
tahun 100 SM muncullah kekuatan Roma dan pada tahun 63 SM, Roma, di bawah
pemerintahan Raja Pompey, menaklukan kerajaan yang menguasai Palestina. Tahun
66 M, timbul pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi. Perang terjadi
dan pemberontak kalah dan akhirnya pada tahun 70 M, Jerussalem jatuh sepenuhnya
ke tangan Roma.
Pada saat
itu, biasanya Roma tidak melakukan penekanan tetapi memperlakukan daerah
jajahannya dengan lembut untuk mempersatukan warga negeranya dengan bangsa
jajahannya. Namun, di dalam kasus bangsa Yahudi, cara ini tidaklah berhasil.
Seringkali timbul huru-hara dari bangsa Yahudi. Hal ini menyebabkan akhirnya
Roma berlaku keras kepada bangsa Yahudi dan mengeluarkan dekrit yang mematikan
nasionalismen bangsa Yahudi dengan cara melarang berbagai peribadatan mereka.
Pada
akhirnya dekrit ini membuat sebuah pemberontakan besar dari 200.000 orang
Yahudi yang dipimpin oleh Barcocheba di Jerussalem. Raja Hadrian yang saat itu
memimpin Roma mengirimkan Julius Sevenus dan tentara yang jumlahnya besar untuk
memadamkan pemberontakan dan menaklukan Jerussalem. Pada saat itu, bangsa
Yahudi kalah dan dikeluarkan peraturan mereka dilarang masuk ke kota apapun
alasannya. Jerussalem dijadikan koloni Roma dan tempat peribadatan Yahudi,
haikal Yahudi, diganti dengan candi lambang supremasi Roma, candi Yupiter.
Mulai saat itu bangsa Yahudi tersebar ke luar Palestina. Namun, ada sebagian
kecil yang tetap bertahan di sana.
Setelah masa
itu, pengaruh agama Kristen masuk ke Roma, sehingga menumbuhkan penyebaran
agama Kristen di Palestina. Agama Kristen tumbuh di daerah tersebut. Lalu, pada
pembagian kerajaan Roma tahun 395, Palestina berada dalam kekuasaan Kerajaan
Bizantium, yang disebut juga kerajaan Romawi Timur. Pada saat itu Palestina
menjadi daerah yang makmur, menjadi pusat perkembangan jemaah haji (beribadah
mengunjungi tempat-tempat suci yang dilakukan oleh penganut
Kristen,Yahudi,dll.). Namun sesekali muncul penyiksaan kepada bangsa Yahudi
oleh bangsa yang menguasai.
Tahun 611 M,
Chosroes II, raja Kerajaan Sasan dari Persia, menyerang daerah itu.
Diikuti oleh bangsa Yahudi yang ingin membalas dendam. Yerussalem direbut.
Gereja Holy Sepulchre dihancurkan dengan tanah dan hartanya dibawa. Gereja lain
bernasib sama dan uskupnya ditahan.
Tahun 628 M,
Raja Heralcus dari Bizantium menaklukan kembali teritorial tersebut. Namun
kemenangan ini bersifat sementara karena munculnya kekuatan Islam yang
melemahkan Kerajaan Bizantium tersebut.
Palestina
Dikuasai Islam
Islam muncul
tahun 610 M di bawah kepemimpinan Muhammad saw. Di selang tahun 610-632 M,
suku-suku di daerah Arab berhasi l dipersatukan di bawah kepemimpinannya yang
asalnya saling bermusuhan. Kerajaan Islam (Kekhalifahan Islam) setelah Muhammad
saw meninggal di bawah pemimpin Abu Bakar (632-634 M) berusaha merebut daerah
Palestina dari tangan Bizantium. Namun, usaha tersebut tidak berhasil dan
akhirnya baru berhasil ketika Kekhalifahan Islam dipimpin oleh Umar ra. Pada
tahun 636, Bizantium jatuh.
Di bawah
kepemimpinan Umar ra. terjadi perjanjian damai di Jerussalem antara
pemerintahan Umar dengan umat Kristen yang dipimpin oleh Uskup Sophronius. Umar
sendiri sempat mengunjungi The Holy Rock (tempat ibadah Daud as. dan tempat
Haikal Yahudi) dan tempat itu menjadi Masjid Umar. Muncullah pengaruh Islam di
Jerussalem.
Perselisihan
yang terjadi di antara kepemimpinan umat Islam setelah zaman Muhamamad saw dan
Khulafaurrasyidin (4 sahabat Nabi Muhamamad saw yang memimpin setelah nabi
wafat) menyebabkan munculnya berbagai dinasti yang berganti memimpin Islam dari
Dinasti Muawiyah sampai dengan Dinasti Abbassiah. Pada tahun 685-705, khalifah
Abdul Malik dari Dinasti Abbasiah memperindah tempat suci Jerussalem dengan
membangun Kubah Al-Sakhrah, atau Dome of the Rock. Pada tahun 929, terjadi
pemberontakan kaum Qaramithah yang merampas Mekkah. Hal ini menyebabkan
banyaknya eksodus bangsa Arab ke Jerussalem. Pada tahun 1969, Mesir, diduduki
dinasti Fathimah yang menyatakan kemerdekaannya dari Dinasti Abbassiyah.
Terjadi pertikaian antara kedua dinasti tersebut sampai dengan 1072 dan
akhirnya Palestina dikuasai oleh Dinasti Fathimiah. Gereja Holy Sepulchre
hancur saat serangan Dinasti Fathimiah ke Dinasti Abbasiyah.
Pada masa
Perang Salib dan setelahnya (1099-1900)
Pada tahun
1099, datang serangan suku Frank dari Eropa yang membawa ke daerah Yerussalem
yang membawa 40.000 tentara untuk menguasai Jerussalem. Jerussalem takluk dan
akhirnya berdirilah kerajaan Latin di Jerussalem. Perang ini disebut Perang
Salib I. Palestina dikuasai oleh suku Frank yang beragama Kristen. Adanya
Perang Salib II yang berlangsung tahun 1147-1187 menyebabkan Palestina kembali
berada di tangan Kerajaan Islam. Perang Salib berlangsung beberapa kali namun
akhirnya berbuntut kepada perjanjian damai.
Pada tahun
1258, muncul serangan dari suku Tartar di bawah pimpinan Hulagu yang berasal
dari Asia Tengah (Mongol). Serangan ini sempat menakukan Baghdad, Damaskus, dan
Suriah. Namun, datangnya tentara dari Mesir menyebabkan mereka kalah dan
akhirnya daerah itu dikuasai oleh Mesir.
Wilayah
Dikuasai Turki (1516-1900)
Pada 1516,
Turki menaklukan Mesir yang menyebabkan daerah itu ditaklukan Turki. Turki
menjadikan daerah Palestina sebagai salah satu provinsi dan gubernur dikirim
dari Konstatinopel. Turki menguasai Palestina selama 4 abad. Mulai 1840,
Turki membuka Palestina demi kepentingan ekonominya. Akhirnya muncul
pelabuhan-pelabuhan dan konsulat-konsulat Eropa. Hal ini memunculkan semakin
kecilnya pengaruh Turki dan membesarnya pengaruh para konsulat di sana. Sempat
terjadi Perang Krim (1854-1856) karena persaingan antara Ortodoks Yunani dan
Pendeta Latin.
Tahun 1896,
Theodor Herzl, penggagas gerakan zionisme, mengeluarkan usulannya untuk
mendirikan negara Israel di Palestina. Hal ini disebabkan bangsa Yahudi yang
terpencar dan tidak memiliki tanah air sejak Romawi menguasai Palestina.
Akhirnya, beberapa orang Yahudi mendirikan koloni di daerah Palestina.
Berdirinya
Negara Israel
Tahun 1914,
muncul perselesihan antara Inggris Raya dan Turki. Akhirnya menyebabkan
keduanya berperang. Palestina sempat dijadikan markas militer oleh Turki.
Namun, akhirnya tahun 1918 Inggris resmi menang, dan Palestina dikuasai oleh
Inggris.
Tanggal 2
November 1917, keluar deklarasi menteri luar negeri Inggris, Arthur Balfour,
yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Deklarasi ini berisi tentang dukungan
Inggris terhadap pendirian negara Yahudi di Palestina. Hal ini disebabkan oleh
bangsa Yahudi telah membantu Inggris dalam memenangi Perang Dunia I dan Inggris
ingin menguasai Palestina karena berada di daerah strategis di antara Asia,
Eropa, dan Afrika.
Pada tahun
1920, kantor pemerintahan Inggris di Palestina (British Mandate of Palestine)
berdiri, Komisi Tinggi-nya adl Herbert Samuel. Setelah tahun-tahun tersebut,
imigrasi Yahudi ke daerah Palestina terus meningkat. Orang Yahudi yang baru
datang, biasanya masuk ke kota dan mendirikan perusahaan-perusahaan di sana.
Tahun 1929,
mulai terjadi kerusuhan besar antara bangsa Arab dan Yahudi. Konflik ini
terjadi karena adanya perebutan hak-hak beberapa tempat suci di Yerussalem.
Selain itu, berdasarkan hasil penyelidikan tim yang dibuat Inggris, hal ini
terjadi karena orang-orang Arab tertekan dengan pembelian tanah dan imigrasi
orang Yahudi yang akhirnya mendesak mereka.
Tahun 1933,
bangsa Yahudi hanya berjumlah 17% dari seluruh masyarakat Palestina. Namun,
setelah masa itu, saat Hitler berkuasa di Jerman dan Polandia, terjadi
gelombang migrasi besar-besaran dari Eropa ke Palestina. Pada saat itu juga
terjadi perubahan politik di Timur Tengah. Mesir dan Suriah yang merdeka
menyebabkan tumbuhnya nasionalisme untuk memerdekakan diri. Akhirnya timbul
wacana untuk melepaskan Palestina dari Inggris.
Tahun 1938,
Konflik antara Arab-Yahudi memuncak. Inggris mengeluarkan mandat yang
intinya akan membagi Palestina menjadi dua bagian, yaitu untuk Arab dan Yahudi
untuk menghentikan perpecahan. Namun, beberapa tahun kemudian mandat itu
dicabut dan diganti dengan white paper yang intinya mendesak dibentuk satu
pemerintahan gabungan antara Arab dan Yahudi. White-paper ini ditentang oleh
bangsa Yahudi.
Pada saat
itu, bangsa Yahudi yang tinggal di Amerika memegang peranan penting dalam
perekonomian Amerika. Hal ini menyebabkan Amerika berpihak kepada
kepentingan bangsa Yahudi. Inggris yang mulai merasa terganggu hubungannya
dengan Amerika akhirnya menyerahkan tentang Palestina ke PBB. Inggris sendiri
akan menarik mandatnya dari Palestina tanggal 15 Maret 1948.
1 September
1947, PBB menyarankan agar Palestina dibagi 2, menjadi daerah untuk bangsa
Yahudi dan Arab. Bangsa Yahudi dan Arab yang tinggal di Palestina saling
berebut pengaruh dan menolak aturan tersebut. Mulailah berbagai perang gerilya
yang melibatkan keduanya. Namun, sayangnya, semangat bangsa Yahudi lebih
berlipat dibanding dengan bangsa Arab di sana. Di saat terjadi perang, para
ningrat Arab malah kabur ke negara lain. Tanggal 14 Mei 1948, Israel
diproklamirkan orang-orang Yahudi. Esoknya Amerika Serikat mengakui kedaulatan
Israel.
Perjuangan
Palestina Pasca 1948
Negara-negara
Arab di sekitar Palestina menolak kehadiran Israel di sana. Terjadilah perang. Israel
menang telak, dan akhirnya mengusai seluruh daerah Palestina kecuali Tepi Barat
yang dikuasai Suriah dan Jalur Gaza yang dikuasai Mesir. Terjadi pengungsian
besar-besaran bangsa Palestina dari Palestina. Penduduk Palestina terbagi
menjadi 3, yang tinggal di pendudukan Israel, tinggal di jalur Gaza dan Tepi
Barat, dan yang mengungsi ke daerah-daerah luar Palestina. Setelah itu, sering
terjadi bentrok antara Israel dan negara-negara sekitarnya. Tahun 1964 berdiri
PLO (Palestinian liberation Organization), sebuah organisasi yang nantinya
diakui sebagai satu-satunya organisasi yang mewakili aspirasi masyarakat
Palestina. Pada kelanjutannya, PLO dipimpin oleh Yaseer Arafat.
Pata tahun
1967, terjadi perang 6 hari antara Israel-Mesir. Mesir kalah telak sehingga
Israel berhasil menduduki daerah Sinnai. Tahun 1973, Mesir dan Suriah bersatu
untuk menyerang Israel, namun Israel menang dan menguasai daerah hingga
mendekati Terusan Suez. Mesir akhirnya mengakui keberadaan negara Israel,
dengan imbalan daerahnya sampai dengan Sinnai dikembalikan ke Mesir (tercantum
dalam Perjanjian Camp David 1978).
Sejak saat
itu, wilayah Palestina dikuasai Israel. Israel sendiri demi kepentingan
zionismenya, membentuk perumahan-perumahan untuk bangsa Yahudi di daerah
Palestina. Israel sendiri menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat. Di sana, bangsa
Palestina dijadikan masyarakat kelas dua. Perumahan mereka digusur dan diteror.
Bangsa Palestina terus menerus menderita di bawah pendudukan Israel.
Akibat dari
tekanan pendudukan Israel, muncullan gerakan yang dinamakan Intifada pada tahun
1987. Gerakan Intifada sendiri, yang secara harfiah berarti “pemberontakan”,
merupakan gerakan melawan tentara Israel yang bersenjata dengan batu-batu dan
ketapel. Seluruh aspek bangsa Palestina, baik itu anak-anak dan orang tua,
lelaki dan wanita melakukan perjuangan dengan melempar batu ke arah tentara-tentara
Israel yang bersenjata dan bertank lapis baja. Selain itu munculnya beberapa
kelompok-kelompok garis keras, seperti HAMAS pada tahun 1987, yang memiliki
pemikiran bahwa satu-satunya cara menguris Israel dari Palestina adalah dengan
perang jihad.
Jalur
Diplomasi Dimulai
Pada 30
Oktober 1991, dimulai konferensi Madrid, antara Israel dan Palestina yang
diwakili oleh PLO. Pertemuan berlanjut sehingga pada 13 September 1993,
ditandatangai Perjanjian Oslo yang berisi PLO diberi wilayah otonomi, yaitu 60%
dari Jalur Gaza dan kota Ariha di Tepi Barat. Imbalannya, PLO mengakui
eksistensi Israel. Pada 1 Juli 1994, Arafat memasuki Gaza dalam rangka
mendirikan Otoritas Nasional Palestina (Palestinian National Authority;
selanjutnya disebut PNA). Pada 1996 diadakan pemilu pertama bangsa Palestina,
Yasser Arafat terpilih menjadi Presiden. Selanjutnya muncul beberapa perjanjian
seperti:
- 17 Januari 1997, Perjanjian Al Khalil ditandatangani Israel-Palestina yang berisi 20% wilayah Al Khalil tetap dikuasai Israel, sisanya diserahkan kepada Palestina.
- 23 Okt 1998, Perjanjian Maryland ditandatangani Israel-PNA. Berisi Israel menyerahkan sebagian wilyah di Tepi Barat kepada PNA, sebagai imbalan, PNA berjanji mengatasi masalah terorisme (terorisme sendiri merujuk kepada tindakan HAMAS)
Wilayah
Palestina sendiri terbagi dua, yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza yang
masing-masing dipisahkan oleh wilayah Israel. Pada 28 Sept 2000, Intifadah
Kedua dimulai, dipimpin oleh HAMAS. PNA sendiri dalam pihak yang bertentangan
dengan HAMAS. PNA lebih milih untuk berdialog daripada berperang. Pada 26 Okt
2004, gigihnya perjuangan Intifadah II membuat Israel kewalahan dan mengesahkan
program penarikan mundur dari Jalur Gaza. Pada, 11 Nov 2004 Yaser Arafat
meninggal. Kepemimpinan di PLO digantikan oleh Mahmoud Abbas. September 2005
dimulai penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza. Inilah kemenangan para
pejuang Palestina setelah 38 tahun. Namun, Israel terus melancarkan serangan
dan teror ke Jalur Gaza. Selain itu, Israel mendirikan tembok-tembok pembatas
yang mengucilkan pemukiman Palestina dan memperlebar perumahan bagi bangsa
Yahudi.
Pada Pemilu
2006, HAMAS memenangi pemilu. Namun, sebagian besar negara barat menolak hasil
pemilu ini karena menanggap HAMAS adalah teroris dunia. HAMAS sendiri
berpusatkan di daerah Jalur Gaza.
Beberapa
kali terjadi bentrok antara HAMAS dan Israel yang ditandai saling meluncurkan
roket dan misil di perbatasam. Hal ini memaksa perang terjadi. Perang yang
terakhir terjadi pada Desember 2008. Pasca gencatan senjata berakhir pada November
2008, tank-tank Israel masuk ke perbatasan jalur Gaza dan milisi HAMAS
menembakkan roket ke arah Israel dari Jalur Gaza. Akhirnya, dimulailah perang
yang ditandai dengan tanggal 27 Desember 1998, Israel melakukan serangan udara
yang diikuti serangan darat ke arah Jalur Gaza dengan dalih memusnahkan HAMAS.
Perang terjadi sampai dengan 19 Januari 2008 dan menewaskan 1200 lebih warga
Palestina dan belasan tentara Israel. Sayangnya, dari kebanyakan warga
yang tewas bukanlah dari kalangan militer. Bahkan, sekitar 600 orang merupakan
anak-anak dan perempuan.
Pada saat
tulisan ini dibuat (21 Januari 2009), Israel telah menarik mundur pasukannya
dari Jalur Gaza. Keadaan Jalur Gaza saat ini bagaikan kota yang luluh lantah.
Bangunan hancur dan masyarakat yang mengalami luka baik fisik maupun mental
yang traumatis akibat perang. Rumah sakit penuh oleh orang yang terluka dan
masyarakat yang hidup di sana kekurangan bahan makanan dan obat-obatan.
Meskipun bantuan telah masuk, namun diperkirakan Jalur Gaza tidak akan pulih
dalam waktu dekat. Padahal, deadaan di Palestina masih memungkinkan untuk
terjadi perang kembali. Korban-korban lain masih mungkin berjatuhan.
Save palestine...