Jumat, 18 Januari 2013

MBAH DIPO SANG JURU KUNCI SEMERU


Assalamu'alaikum. Wr. Wb...

Kali ini kita akan membahas tentang kisah juru kunci gunung semeru. Sudah kita ketahui bahwa setiap gunung yang ada di Indonesia khususnya di pulau jawa, selalu memiliki juru kunci. Seperti di gunung merapi yang terkenal dengan juru kuncinya yang bernama mbah Marijan, gunung kelud dengan juru kuncinya mbah Ronggo, dan masih banyak lagi.
Untuk juru kunci gunung semeru sendiri, masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan sebutan mbah Dipo. Meski tak setenar mbah marijan yang ada di gunung merapi, mbah Dipo ternyata juga menyimpan banyak kisah yang menarik untuk kita simak. Dan kali ini kami akan menceritakan sedikit kisah tentang mbah Dipo, yang mengabdikan dirinya hingga akhir hayat untuk menjaga gunung semeru dengan segala kekurangan dan kelebihan yang beliau miliki.
Mbah Dipo sendiri bertempat tinggal di Dusun KamarA, daerah yang sangat rawan apabila Semeru benar-benar meletus dan mengeluarkan lahar panas yang melintas di Sungai Curah Kobokan dan Sungai Lengkong. masa mudanya di habiskan dengan bertapa di puncak semeru. setelah turun gunung dan mau menikah, barulah beliau memotong rambutnya yang panjangnya sepinggang. Mbah Dipo memiliki seorang putra bernama Kusumo dari istri pertama beliau (almarhumah). kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Nanik (mbak Nanik panggilannya).
Ada keunikan dalam kehidupan mbah Dipo (beliau biasa dipanggil dengan sebutan eyang Dipo oleh para muridnya). hanya orang dekat atau murid tertentu yang mendapat panggilan dengan julukan Eyang dari beliau. contohnya mbak Nanik, meskipun mbak Nanik adalah istri beliau tapi tidak dipanggil eyang. dan yang lebih unik adalah eyang Kumbang. orang yang tidak tahu pasti mengira bahwa eyang Kumbang adalah sebutan untuk seseorang. padahal eyang Kumbang adalah seekor anjing. menurut eyang Dipo anjing itu (eyang Kumbang) dulunya adalah manusia yang dikutuk. oleh karenanya meski seekor anjing tetap oleh mbah Dipo dipanggil eyang Kumbang.
Keunikan lainnya adalah apabila ada tamu yang dikehendaki bermalam maka tamu itu harus bermalam sampai batas waktu diperbolehkan pulang oleh beliau. tapi kalo tamu tersebut tidak dikehendaki bermalam biarpun tamu tersebut datangnya pada saat tengah malam, mereka akan tetap disuruh pulang. meski sang tamu minta bermalam tetap tidak diberi ijin oleh beliau. kalo sang tamu melanggar aturan yang diterapkan mbah dipo (soal bermalam) pasti akan ada kejadian yang terjadi pada si tamu. Mbah Dipo juga mempunya abdi atau pembantu setia (cantrik dalam bahasa jawa) yang bernama eyang Dugel.
Untuk sebutan eyang Putri, ternyata ada yang menarik disini, yaitu hanya tiga wanita yang mendapat sebutan eyang Putr dari mbah Dipo semasa hidupnya. Ketiga wanita tersebut adalah almarhumah istri beliau yang pertama, yang kedua seorang wanita pengembara (ada yang menyebutnya pengemis) dan yang ketiga adalah murid wanita beliau yang sangat di kasihi beliau, Soeparti namanya. Eyang putri disini yang di maksud bukanlah istri eyang Dipo. Hanya almarhumah istri pertama eyang Dipo yang mendapat julukan eyang putri. Eyang putri kedua dan ketiga adalah seorang wanita yang dianggap mempunyai kemampuan seperti almarhumah istri eyang Dipo yang pertama.
Tentang eyang putri ketiga, para murid mbah Dipo mengetahui bahwa beliau berada di tempat tinggal mbah Dipo. Tetapi mereka tidak pernah tahu kalo eyang putri ketiga itu siapa. Baru setelah kemunculan Soeparti pada tahun 1997 murid-murid mbah Dipo tahu kalo Soeparti adalah eyang putri ketiga. Kemudian timbul lagi pertanyaan dari murid-murid mbah Dipo mengenai eyang putri yang kedua. Kata mbah dipo yang dapat menemukan eyang putri kedua adalah eyang putri ketiga. Untuk itu eyang putri ketiga diberi tugas oleh eyang Dipo untuk mencarinya. Tugas ini memang tidak mudah, mengingat sebelumnya Soeparti (eyang putri ketiga) belum pernah bertemu dengan eyang putri kedua. tapi kata eyang Dipo nanti kalo sudah sampai di pasar eyang putri ketiga akan secara langsung berjumpa dengan eyang putri kedua meski mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
Pesan mbah Dipo setiba di pasar nanti eyang putri ketiga akan bertemu eyang putri kedua dengan sendirinya tanpa harus susah-susah mencari. Tandanya eyang putri kedua akan langsung memeluk eyang putri ketiga. dan setelah berjumpa eyang putri ketiga disuruh langsung membelikan makanan kesenangan eyang putri kedua yaitu nasi pecel tanpa lauk tapi di pincuk.
Dan memang benar apa yang dikatakan mbah Dipo. Saat di tengah pasar eyang putri ketiga yang saat itu beserta mbak Nanik (istri kedua mbah Dipo) bertemu dengan eyang putri kedua. Dan eyang putri kedua langsung memeluk eyang putri ketiga.
Tapi anehnya meski mbak Nanik tahu kalo meraka berdua bertemu dengan eyang putri ketiga tapi mbak Nanik tidak dapat melihat wajah eyang putri kedua, meski mbak Nanik sudah berusaha melihat dari dekat wajah eyang putri kedua. mbak Nanik hanya tahu bentuk dan postur tubuh eyang putri kedua saja. setelah makan nasi pecel yang dibelikan eyang putri ketiga atas pesan dari eyang Dipo, eyang putri kedua langsung pergi dan kemana perginya baik eyang putri ketiga ataupun mbak Nanik tak ada yang tahu. padahal waktu itu mereka hanya bertiga di pinggir sungai dekat pasar. eyang putri kedua pergi seakan akan dibawa oleh angin.
Mbah Dipo memiliki dua saudara kembar, yaitu eyang Bodronoyo yang sekarang berada di Jawa Barat. Dan yang satunya lagi eyang Sapu Jagat yang sampai sekarang masih berkeliling di tanah jawa. Mereka bertiga sangat mirip, hanya perbedaannya ada di ageman atau cara berdandan mereka. Kalo mbah Dipo lebih suka memakai pakaian serba hitam dan rambutnya yang dibiarkan panjang tak terawat, kalo mbah Badronoyo memakai kluntungan atau lonceng di lehernya, sedangkan mbah Sapu Jagat lebih suka memakai pakaian model jawa tengahan.
 Pada tahun 2007 mbah dipo meninggal dunia. Sebenarnya perangkat Muspika Daerah Kamar Kajang sudah membujuk mbah Dipo agar mau diobatkan tapi beliau menolak dengan alasan kalaupun sampai di rumah sakit pasti dokter akan bilang tidak ada penyakitnya. akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah beliau di Kamar Kajang lereng gunung semeru. dan di makamkan di belakang rumah beliau bersebelahan dengan makam istri pertama beliau.
Semasa hidupnya mbah Dipo pernah berkata bahwa tidak akan terjadi apa-apa semasih ada saya, kalaupun seandainya Semeru benar-benar meletus jangan pernah lari ke arah Desa Gunung Sawur tapi larilah menuju ke arah sungai. Mbah Dipo juga pernah berwasiat kepada mbak Nanik (istrinya yang kedua), bahwa kelak jika mbah dipo meninggal dunia beliau akan menitis (dilahirkan) kembali di daerah Blitar. Dan kelak yang akan menemukan titisan mbah Dipo adalah Soeparti( eyang putri yang kedua).
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb...