Assalamu'alaikum. Wr. Wb...

Untuk
juru kunci gunung semeru sendiri, masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan
sebutan mbah Dipo. Meski tak setenar mbah marijan yang ada di gunung merapi,
mbah Dipo ternyata juga menyimpan banyak kisah yang menarik untuk kita simak. Dan
kali ini kami akan menceritakan sedikit kisah tentang mbah Dipo, yang
mengabdikan dirinya hingga akhir hayat untuk menjaga gunung semeru dengan
segala kekurangan dan kelebihan yang beliau miliki.
Mbah
Dipo sendiri bertempat tinggal di
Dusun KamarA, daerah yang sangat rawan apabila Semeru benar-benar meletus dan
mengeluarkan lahar panas yang melintas di Sungai Curah Kobokan dan Sungai
Lengkong. masa mudanya di habiskan dengan bertapa di puncak semeru. setelah
turun gunung dan mau menikah, barulah beliau memotong rambutnya yang panjangnya
sepinggang. Mbah Dipo memiliki seorang putra bernama Kusumo dari istri pertama
beliau (almarhumah). kemudian menikah lagi dengan wanita bernama Nanik (mbak Nanik
panggilannya).
Ada keunikan dalam kehidupan mbah Dipo
(beliau biasa dipanggil dengan sebutan eyang Dipo oleh para muridnya). hanya
orang dekat atau murid tertentu yang mendapat panggilan dengan julukan Eyang dari
beliau. contohnya mbak Nanik, meskipun mbak Nanik adalah istri beliau tapi
tidak dipanggil eyang. dan yang lebih unik adalah eyang Kumbang. orang yang
tidak tahu pasti mengira bahwa eyang Kumbang adalah sebutan untuk seseorang.
padahal eyang Kumbang adalah seekor anjing. menurut eyang Dipo anjing itu
(eyang Kumbang) dulunya adalah manusia yang dikutuk. oleh karenanya meski
seekor anjing tetap oleh mbah Dipo dipanggil eyang Kumbang.
Keunikan lainnya adalah apabila ada
tamu yang dikehendaki bermalam maka tamu itu harus bermalam sampai batas waktu
diperbolehkan pulang oleh beliau. tapi kalo tamu tersebut tidak dikehendaki
bermalam biarpun tamu tersebut datangnya pada saat tengah malam, mereka akan
tetap disuruh pulang. meski sang tamu minta bermalam tetap tidak diberi ijin
oleh beliau. kalo sang tamu melanggar aturan yang diterapkan mbah dipo (soal
bermalam) pasti akan ada kejadian yang terjadi pada si tamu. Mbah Dipo juga
mempunya abdi atau pembantu setia (cantrik dalam bahasa jawa) yang bernama
eyang Dugel.
Untuk sebutan eyang Putri, ternyata
ada yang menarik disini, yaitu hanya tiga wanita yang mendapat sebutan eyang Putr
dari mbah Dipo semasa hidupnya. Ketiga wanita tersebut adalah almarhumah istri
beliau yang pertama, yang kedua seorang wanita pengembara (ada yang menyebutnya
pengemis) dan yang ketiga adalah murid wanita beliau yang sangat di kasihi
beliau, Soeparti namanya. Eyang putri disini yang di maksud bukanlah istri
eyang Dipo. Hanya almarhumah istri pertama eyang Dipo yang mendapat julukan
eyang putri. Eyang putri kedua dan ketiga adalah seorang wanita yang dianggap
mempunyai kemampuan seperti almarhumah istri eyang Dipo yang pertama.
Tentang eyang putri ketiga, para
murid mbah Dipo mengetahui bahwa beliau berada di tempat tinggal mbah Dipo. Tetapi
mereka tidak pernah tahu kalo eyang putri ketiga itu siapa. Baru setelah
kemunculan Soeparti pada tahun 1997 murid-murid mbah Dipo tahu kalo Soeparti adalah
eyang putri ketiga. Kemudian timbul lagi pertanyaan dari murid-murid mbah Dipo mengenai
eyang putri yang kedua. Kata mbah dipo yang dapat menemukan eyang putri kedua
adalah eyang putri ketiga. Untuk itu eyang putri ketiga diberi tugas oleh eyang
Dipo untuk mencarinya. Tugas ini memang tidak mudah, mengingat sebelumnya Soeparti
(eyang putri ketiga) belum pernah bertemu dengan eyang putri kedua. tapi kata
eyang Dipo nanti kalo sudah sampai di pasar eyang putri ketiga akan secara
langsung berjumpa dengan eyang putri kedua meski mereka belum pernah bertemu
sebelumnya.
Pesan mbah Dipo setiba di pasar
nanti eyang putri ketiga akan bertemu eyang putri kedua dengan sendirinya tanpa
harus susah-susah mencari. Tandanya eyang putri kedua akan langsung memeluk
eyang putri ketiga. dan setelah berjumpa eyang putri ketiga disuruh langsung
membelikan makanan kesenangan eyang putri kedua yaitu nasi pecel tanpa lauk
tapi di pincuk.
Dan memang benar apa yang dikatakan mbah Dipo. Saat di tengah pasar eyang putri ketiga yang saat itu beserta mbak Nanik (istri kedua mbah Dipo) bertemu dengan eyang putri kedua. Dan eyang putri kedua langsung memeluk eyang putri ketiga.
Dan memang benar apa yang dikatakan mbah Dipo. Saat di tengah pasar eyang putri ketiga yang saat itu beserta mbak Nanik (istri kedua mbah Dipo) bertemu dengan eyang putri kedua. Dan eyang putri kedua langsung memeluk eyang putri ketiga.
Tapi anehnya meski mbak Nanik tahu
kalo meraka berdua bertemu dengan eyang putri ketiga tapi mbak Nanik tidak
dapat melihat wajah eyang putri kedua, meski mbak Nanik sudah berusaha melihat
dari dekat wajah eyang putri kedua. mbak Nanik hanya tahu bentuk dan postur
tubuh eyang putri kedua saja. setelah makan nasi pecel yang dibelikan eyang
putri ketiga atas pesan dari eyang Dipo, eyang putri kedua langsung pergi dan
kemana perginya baik eyang putri ketiga ataupun mbak Nanik tak ada yang tahu.
padahal waktu itu mereka hanya bertiga di pinggir sungai dekat pasar. eyang
putri kedua pergi seakan akan dibawa oleh angin.
Mbah Dipo memiliki dua saudara
kembar, yaitu eyang Bodronoyo yang sekarang berada di Jawa Barat. Dan yang
satunya lagi eyang Sapu Jagat yang sampai sekarang masih berkeliling di tanah jawa.
Mereka bertiga sangat mirip, hanya perbedaannya ada di ageman atau cara
berdandan mereka. Kalo mbah Dipo lebih suka memakai pakaian serba hitam dan
rambutnya yang dibiarkan panjang tak terawat, kalo mbah Badronoyo memakai
kluntungan atau lonceng di lehernya, sedangkan mbah Sapu Jagat lebih suka
memakai pakaian model jawa tengahan.
Pada tahun 2007 mbah dipo meninggal
dunia. Sebenarnya perangkat Muspika Daerah Kamar Kajang sudah membujuk mbah Dipo
agar mau diobatkan tapi beliau menolak dengan alasan kalaupun sampai di rumah
sakit pasti dokter akan bilang tidak ada penyakitnya. akhirnya beliau
menghembuskan nafas terakhirnya di rumah beliau di Kamar Kajang lereng gunung
semeru. dan di makamkan di belakang rumah beliau bersebelahan dengan makam
istri pertama beliau.
Semasa hidupnya mbah Dipo pernah
berkata bahwa tidak akan terjadi apa-apa semasih ada saya, kalaupun seandainya Semeru
benar-benar meletus jangan pernah lari ke arah Desa Gunung Sawur tapi larilah
menuju ke arah sungai. Mbah Dipo juga pernah berwasiat kepada mbak Nanik
(istrinya yang kedua), bahwa kelak jika mbah dipo meninggal dunia beliau akan
menitis (dilahirkan) kembali di daerah Blitar. Dan kelak yang akan menemukan
titisan mbah Dipo adalah Soeparti( eyang putri yang kedua).
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb...